BERORIENTASI
PADA TINDAKAN
MAKALAH
Oleh
Tria Rokhimah 130210301001
Elmita Nanda Agustin 130210301063
Widia
Ayu Nofendri 130210301075
PENDIDIKAN
EKONOMI
PENDIDIKAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2015
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut
Covey, manusia yang efektif adalah manusia yang dilandasi oleh sikap-sikap adil
(fairness), mengedepankan persamaan (equity), memiliki (integrity), jujur
(honesty), martabat dan keseimbangan, serta senantiasa berfikir positif.
Nilai
nilai seperti diatas sangat penting karena akan membuat lebih percaya diri
lebih ringan dalam bertindak. Orang-orang yang tidak memiliki integritas, kurang
adil, dan tidak jujur cenderung tidak stabil emosinya dan hidupnya tidak damai.
Dia bisa memiliki usaha tetapi sulit menjadi besar. Selain itu, Covey juga
mengemukakan bahwa karakter seseorang itu dibentuk oleh kebiasaan (habit). Oleh
karena itu, kebiasaan yang harus dikembangkan oleh seseorang wirausaha adalah
kebiasaan-kebiasaan yang bersifat produktif secara spesifik, kedelapan kebiasan tersebut adalah be
proactive, begin with the end in mind, put first things first, think win/win,
seek first to understand-the to be understood, synergize, sharpen the saw, they
friend their voice, and help others find theirs (Covey,2004).
Salah
satu ciri seseorang pengusaha adalah pikirannya yang lebih berorientasi pada
tindakan (action). Dari pada sekedar bermimipi, berkata-kata, berpikir-pikir,
atau berwacana. Seorang pengusaha selalu menghadapi risiko, ketidakpastian, dan
keterbatasan dalam setiap masalah yang dihadapi. Jika seorang wirausaha hanya
berkata-kata dan tak bertindak, segala kesempatan yang ada berubah menjadi
bencana (kerugian).
Wirausaha harus cepat
mengambil suatu keputusan agar dapat menggunakan kesempatan sebaik-baiknya.
Wirausaha yang ingin maju dalam bisnisnya, harus dapat memutar akal dengan
mengandalkan intuisi, ide-ide yang penuh kreatif dan inovatif. Mereka juga
harus memandang persoalan dalam konteks yang lebih luas, sambil mengingat bahwa
keputusan-keputusan utama akan mempunyai akibat-akibat jangka panjang atas
operasi bisnisnya.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa
yang dimaksud berorientasi pada tindakan?
2) Bagaimana
sikap yang berorientasi pada tindakan?
3) Bagaimana sikap berorientasi pada
resiko?
4) Bagaimana cara mengelola resiko?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Untuk
mengetahui definisi dari berorientasi pada tindakan.
2) Untuk
mengetahui sikap-sikap yang berorientasi pada tindakan.
3) Untuk
mengetahui sikap-sikap yang berorientasi pada resiko.
4) Untuk
mengetahui cara-cara mengelola resiko.
1.4 Manfaat Penulisan
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan. Dari makalah ini, kita juga akan mengetahui sikap-sikap wirausaha
yang berorientasi pada tindakan dan resiko.
BAB II. PEMBAHASAN
2.1Definisi Berorientasi pada Tindakan
Berorientasi pada tindakan
berarti berpikir cepat dan bertindak terhadap suatu keadaan untuk menghasilkan
solusi permasalahan yang baik dan efektif. Sikap ini terkadang dikaitkan dengan
seberapa seseorang responsif terhadap keadaan, seberapa cepat untuk mengambil
tindakan sebagai solusi terhadap masalah yang ada, dan seberapa jauh komitmen
orang tersebut atas perkataannya.
Seorang pengusaha selalu
menghadapi risiko, ketidakpastian, dan keterbatasan dalam setiap masalah yang
dihadapi. Kalau dia hanya berkata-kata dan tak bertindak, segala kesempatan
yang ada berubah menjadi bencana (kerugian).
Selain itu, seorang pengusaha
juga harus memiliki orientasi PDCA (plan, do, check, and action). Hal
ini berarti dia tidak hanya sekedar merencanakan berbagai strategi dan taktik,
tetapi juga melaksanakannya. Secara spesifik, seorang pengusaha harus
menghindari NATO (no action talk only), NADO (no action dream only)
dan NACO (no action concept only).
NATO hanya akan
menghasilkan gosip, NADO hanya menghasilkan visi tanpa tindakan, dan NACO hanya
menghasilkan teori dan falsafah. Umumnya, yang berpikiran NACO adalah akademisi
yang berpikir menggunakan logika formal.
Seorang konseptor atau
teoretikus, bekerja dengan data dan jarang sekali berada di lapangan.
Sebaliknya, seorang wirausaha menghabiskan 90% dari waktunya di lapangan
bersama-sama dengan karyawan, pemasok, dan pelanggan-pelanggannya. Karena
bekerja dengan data, maka supaya valid dan ilmiah, seorang konseptor harus
terbiasa menguji data-datanya, membangun model, dan melakukan validasi.
Masalahnya, kalau seorang konseptor tidak menguasai keadaan dan informasi di
lapangan, dia bisa menjadi ragu akan keputusannya, sehingga cenderung
mengulangi lagi siklus di atas, yaitu mengumpulkan data lagi. Akibatnya, dia
bisa berputar-putar dan lebih berorientasi pada pikiran daripada tindakan.
Sebaliknya, seseorang yang
berorientasi pada tindakan adalah orang yang memiliki tingkat efektivitas yang
tinggi. Dalam hal ini, akan digunakan konsep seseorang yang efektif yang
dikemukakan oleh Stephen Covey (2004).
Sehebat apapun angan-angan
untuk menciptakan perubahan, belum tentu dapat dijalankan jika tidak berorientasi
pada tindakan dan tidak berani mengambil risiko. Begitu juga sebaliknya
tindakan hebat, jika tidak dilandasi dengan strategi yang betul akan sia-sia.
Strategi dan tindakan adalah dua hal yang penting dalam menciptakan perubahan.
Strategi yang berorientasi pada tindakan adalah strategi yang kaya akan inovasi
dan dilandasi oleh suatu pemikiran atau mindset.
2.2 Sikap Berorientasi pada Tindakan
Setiap orang memiliki perencanaan dalam hidupnya
khususnya dalam berusaha. Rencana akan menjadi mimpi yang tidak akan terwujud
tanpa adanya tindakan. Keberanian mengambil tindakan ada pada seseorang yang
mantap dalam menentukan nilai hidupnya. Dalam menentukan perencanaan terhadap
tindakan yang diambil berarti memerlukan cara pengambilan keputusan yang baik
dan cepat. Hal ini tentunya akan mempengaruhi hasil akhir dari keputusan dan
tindakan yang kita ambil.
Sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada
tindakan merupakan hal yang penting. Pribadi yang berorientasi pada tindakan
akan berpikir dan bertindak cepat terhadap suatu keadaan yang dianggap
menghasilkan solusi terbaik dan efektif dalam suatu permasalahan. Menurut Stephen Covey, pribadi seseorang itu dibentuk karena kebiasaan. Oleh
karena itu, kebiasaan yang harus dikembangkan oleh seseorang adalah
kebiasaan-kebiasaan yang bersifat produktif. Berikut ini merupakan sikap dan tindakan pribadi yang
berorientasi pada tindakan dalam melakukan suatu tindakan:
1. Proaktif
Seseorang yang efektif mengambil
inisiatif untuk bertindak, bukan menunggu atau berwacana. Orang yang efektif
adalah orang yang proaktif. Bertindak proaktif merupakan pengambilan tindakan
sebelum sebuah kejadian yang tidak dikehendaki muncul. Dengan kata lain,
orang-orang proaktif selalu mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi dan cepat
mengambil tindakan sebelum kejadian.
2. Bermula dari Ujung Pemikiran
(end of mind) atau Tujuan
Orang yang berorientasi pada
tindakan tidak hanya mengejar pencapaian tujuan, akan tetapi juga berburu
tujuan yang benar. Agar tujuan tercapai dengan baik maka perlu menyusun rencana
tujuan yang jelas dan tepat.
3. Mendahulukan Hal yang Utama
Intinya adalah seseorang harus
fokus pada hal-hal yang urgent (mendesak) dengan membuat prioritas, dan
menyadari bahwa tidak semua hal dikategorikan prioritas. Hal yang paling penting atau
membutuhkan perhatian besar harus diutamakan.
4. Berpikir dan bertindak
Menang-Menang
Berpikir menang-menang, dalam
hal ini individu berusaha memenangkan kehidupan dan membantu masing-masing
individu untuk mencari solusi akhir yang sama-sama menguntungkan atau baik.
5. Memahami untuk dipahami
Individu harus dapat memahami
dan memiliki keterbukaan terhadap apa yang di utarakan orang lain. Dengan
demikian akan terjadi komunikasi antar dua belah pihak dengan baik, dan tujuan
yang ingin dicapai antara kedua belah pihak dapat berjalan dengan efektif.
6. Sinergi
Dalam berwirausaha, seseorang harus
mencari sinergi, yaitu suatu total yang lebih besar dari penjumlahan
elemen-elemen tunggalnya. Misalnya, ada 2 pihak A dan B, dan masing-masing
bekerja sendiri-sendiri, masing-masing hanya akan menghasilkan 5 buah, dan
kalau dijumlahkan A+B=10. Dengan sinergi antara A dan B maka 5+5=10, inilah
yang disebut sinergi.
7. Menajamkan ketahanan,
fleksibilitas, dan kekuatan
Kebiasaan ini
berkaitan dengan upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk melatih ketahanan,
fleksibilitas, dan kekuatannya. Upaya yang dapat dilakukan adalah memberi
makanan pada jiwa melalui kegiatan-kegiatan spiritual, hidup yang seimbang,
melakukan meditasi atau bisa juga dengan membaca buku-buku self hep yang
membangkitkan semangat dengan kata-kata yang memotivasi.
8. Menemukan keunikan pribadi dan
membantu orang lain menemukannya
Menemukan keunikan berarti mengenal
potensi yang dimiliki, yang tersebar pada empat elemen utama, yaitu pikiran (mind),
tubuh, hati, dan jiwa. Jika pikiran terus dikembangkan dan visi yang hebat
dapat dirumuskan, maka hal tersebut dapat memampukan seseorang untuk
mengembangkan potensi terbesar seseorang, lembaga, atau perusahaan. Hal ini
berlaku juga dalam kaitannya membantu orang lain menemukan keunikan pribadinya.
2.3 Berorientasi pada Resiko
Seorang wirausaha seharusnya tidak hanya berorientasi
pada tindakan, tetapi juga harus berorintasi pada risiko. Bagi seorang wirausaha (dalam kewirausahaan),
menghadapi risiko adalah tantangan karena mengambil risiko berkaitan dengan
kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide
menjadi kenyataan. Demikian pula pengambilan risiko bagi wirausaha berkaitan
dengan kepercayaan pada dirinya. Semakin besar pula keyakinan pada kemampuan
dirinya, semakin besar pada kesanggupan untuk menelurkan hasil dari keputusan
yang diambil. Bagi orang yang bukan wirausaha (misalnya pegawai negeri)
kegiatan tersebut merupakan risiko, tetapi bagi wirausaha adalah tantangan dan
peluang untuk memperoleh hasil. Wirausaha berprinsip biar mundur satu langkah,
tetapi nanti harus maju dua langkah
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa risiko
adalah suatu kemungkinan yang terjadi berupa konsekuensi, akibat, atau bahaya
yang tidak diinginkan atau tidak sesuai dengan harapan yang terjadi akibat
sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Risiko
ini biasanya menjurus pada suatu hal yang merugikan bagi pelaku suatu kegiatan.
Berikut ini pengertian resiko menurut beberapa ahli :
- Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu (Arthur Williams dan Richard M.H.)
- Resiko adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss) (A.Abbas Salim)
- Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto)
- Resiko merupakan penyebaran/penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan (Herman Darmawi)
- Resiko adalah probabilitas seseuatu hasil/outcome yang berbeda dengan yang diharapkan (Herman Darmawi)
Identifikasi sebuah risiko merupakan sebuah proses memahami
kejadian potensial yang mana dapat merugikan sebuah objek tertentu. Proses ini
mengidentifikasi suatu risiko yang kemungkinan terjadi dalam suatu aktivitas.
Sumber dari risiko potensial adalah semua faktor yang bisa menyebabkan risiko
tersebut.
Menentukan risiko potensial harus dilakukan cepat, tetapi juga
harus berlanjut untuk mengidentifikasi risiko berdasar perubahan lingkungan.
Berikut ini merupakan teknik-teknik yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi
risiko antara lain Brainstorming (menghasilkan ide mengenai topik tertentu),
Survey atau observasi, Wawancara, Informasi historis, Kelompok kerja, dan
Eksperimen. Berikut kami bahas mengenai survey dan eksperimen:
1. Survey atau
Observasi
Pelajari keputusan
yang akan diambil untuk suatu hal yang kita akan tentukan. Hal hal apa yang
akan mempengaruhi pilihan kita.
2. Eksperimen
Setelah kita mempelajari hendaknya kita mencoba
dulu keputusan yang kita ambil dalam skala kecil. Bila hal-hal berpengaruh yang
kita pelajari sebelumnya ditahap observasi berdampak terlalu besar maka kita
hendaknya mengulang proses observasi sampai selesai terlebih dahulu agar
nantinya sesuai dengan keputusan yang akan kita ambil.
2.4 Pengelolaan Resiko
Mengelola risiko atau disebut juga dengan manajemen risiko
merupakan suatu proses indentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi
untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Tujuan dari pelaksanaan
manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang
berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima
oleh masyarakat.
Adapun jenis-jenis strategi untuk mengelola risiko antara
lain:
·
Risk
Transfer, merupakan sebuah tindakan dengan cara memindahkan risiko kepada
pihak lain.
·
Risk
Avoidance, merupakan tindakan untuk menghindari atau tidak melakukan aktivitas
yang mengandung risiko.
·
Risk
Retention, merupakan tindakan untuk menerima sebagian atau seluruh
konsekuensi dari risiko tertentu.
·
Risk
Reduction, merupakan tindakan untuk mengurangi efek buruk dari sebuah risiko
·
Risk
Deferral, merupakan tindakan untuk menunda aspek suatu proyek hingga peluang
terjadinya suatu risiko itu kecil.
Berikut
merupakan cara untuk mengelola suatu risiko yaitu:
1. Pahami bahwa risiko yang sedang dihadapi itu
bukan hambatan untuk maju. Sebagai hukum alam, semakin tinggi hasil yang kita
inginkan maka akan semakin tinggi pula risiko yang akan kita terima.
2. Tidak perlu panik, secara perlahan kita
identifikasi risiko dengan teliti. Dari kita mendeteksi risiko dari lingkungan
sekitar hingga kepada risiko dari hubungan kita dengan pemasok, pelanggan, atau
kompetitor.
3. Menentukan seberapa sering risiko akan muncul.
4. Menentukan seberapa besar potensi dampak yang
terjadi dari sebuah risiko yang telah teridentifikasi.
5. Fokus kepada risiko-risiko yang dominan supaya
tidak membuang waktu.
Gunakan pendekatan “manfaat-biaya”. Kita akumulasi
biaya yang harus dikeluarkan untuk mengelola risiko yaitu manfaat yang kita
terima haruslah lebih besar dari biaya yang kita keluarkan.
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa :
·
Berorientasi
pada tindakan berarti berpikir cepat dan bertindak terhadap suatu keadaan untuk
menghasilkan solusi permasalahan yang baik dan efektif. Selain itu, seorang
pengusaha juga harus memiliki orientasi PDCA (plan, do, check, and action).
Secara spesifik, seorang pengusaha harus menghindari NATO (no action talk
only), NADO (no action dream only) dan NACO (no action concept
only).
·
Sikap dan tindakan pribadi yang berorientasi pada tindakan
dalam melakukan suatu tindakan, yaitu :
o
Proaktif
o
Bermula dari Ujung Pemikiran (end of mind) atau Tujuan
o
Mendahulukan Hal yang Utama
o
Berpikir dan bertindak Menang-Menang
o
Memahami untuk dipahami
o
Sinergi
o
Menajamkan ketahanan, fleksibilitas, dan kekuatan
o
Menemukan keunikan pribadi dan membantu orang lain menemukannya
·
Risiko
adalah suatu kemungkinan yang terjadi berupa konsekuensi, akibat, atau bahaya
yang tidak diinginkan atau tidak sesuai dengan harapan yang terjadi akibat
sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang.
·
Adapun
jenis-jenis strategi untuk mengelola risiko antara
lain:
o
Risk
Transfer
o
Risk
Avoidance
o
Risk
Retention
o
Risk
Reduction
o
Risk
Deferral